Akhirnyaa bisa memposting tulisan lagi. Alhamdulillah....
Saya merasa terbebani sih. soalnya saya ada janji kan?? :D
Okee...
Kali ini, saya posting perjalanan saya ke kawasan adat Ammatowa
tepatnya di Kajang, Bulukumba.
Saya berangkat bersama teman-teman KPI (2013) untuk memenuhi tugas
akhir kami (Final) di mata kuliah Komunikasi Lintas Agama dan Budaya.
 |
Persiapan ke Ammatowa' |
Di Kajang ituu masih dikenal dengan kekntalan adat dan budayanya.
Di sana kita harus menggunakan pakaian hitam dan pada saat memasuki daerah
Ammatowa kita tidak boleh melakukan hal-hal yang sembarangan, seperti meludah
sembarangan, menunjuk sesuatu, dan foto di rumah Ammatowa itu sendiri. Nah,
Ammtowa disini dikatakan sebagai kepala suku / pemimpin suku Ammtowa. Ammatowa
sendiri dipanggil dengan sebutan "Amma".
 |
Pintu depan
|
 |
Rumah Ammatowa |
Memasuki kawasan Ammatowa, kita tidak langsung menemukan rumah
Ammatowa tetapi kita harus berjalan lagi sekitar 1 km menuju rumah Amma.
Bangunan yang kami temukan pertama kali di kawasan itu selain rumah-rumah
penduduk, ada satu bangunan yang membuat kami mengatakan “wah”, yaitu tempat
yang digunakan berkumpulnya semua para petinggi di Ammatowa dan biasa digunakan
untuk mengadakan rapat atau penerimaan tamu besar, dsb.
 |
Di Depan kawasan Ammatowa' |
Kami ke Amma tidak sendirian, kebetulan saya punya keluarga di
Kajang, dan dia memang orang asli Kajang. Dia adalah Arfah. Dia juga adalah
salah satu cucu dari Amma. Dialah yang nantinya akan menjadi penerjemah dari
bahasa Kajang.
 |
Bersama teman |
 |
Rumah tempat pertemuan |
Di Ammatowa saya lihat masih memegang teguh adat dan budayanya.
Daerahnya tidak ada listrik dan mereka memang menolak adanya listrik, tidak
adanya alat-alat elektronik canggih, dan tidak diperbolehkan menggunakan
sandal, serta semuanya berpakaian hitam. Tapi sebenarnya sudah ada beberapa sih
rumah yang jemurannya warna-warni. Hehehe.
Di rumah Amma kita tidak diperbolehkan mengambil gambar dan
menggunakn barang elektronik, tapi saya melihat seorang tamu yang asyiknya
bermain “tab” dan mengambill gambar. Kok kami dilarang???
Pada saat Amma menjelaskan dengan bahasa Kojo nya, saya tidak
mengerti sama sekali. Jujur aja, tidak tahu saya bahasa-bahasa daerah. Terakhir
saya belajar bahasa daerah di bangku SD dan itupun saya mendapat nilai yang
sangat standar. Hehehe.
Yang saya tangkap dari pembicaraan si penerjemah adalah, di
kawasan itu masih mengutamakan moral kejujuran mereka. Dan sanksi yang
diberikan kepada yang bersalah itu tidak menggunakan “penjara” tetapi dengan
sistem denda. Seperti, bagi siapa saja yang menebang pohon sembarangan tanpa
perizinan / sepengetahuan Amma maka di denda 15 juta. Wow bangeeet…
Ada satu hal yang membuat saya bingung. Pada saat ditanya
“bagaimana cara mereka beribadah?” jawbannya adalah mereka tidak mau
memberitahu kami bagaimana cara mereka beribadah. Yaa orang Kajang itu 100%
orang islam. Tapi dari berita yang saya dengar bahwa cara beribadah mereka
tidak sama seperti orang muslim beribadah.
Budaya dan agama tidak bisa disatukan. Boleh saja kita memegang
erat budaya kita tapi jangan sampai kita satukan budaya kita dengan sistem
beribadah kita. itu berarti sudah melakukan kemusyrikan. Nauzubillah….
Untuk menjadi orang Kajang, laki-laki itu harus kuat bekerja dan
bagi perempuan harus pintar memasak dan pintar menenun. Berminat? :D
Bersambung….