Kamis, 29 Januari 2015

Pantai Ara' Bulukumba


Okeee…
Saya melanjutkan cerita saya…

Nah, sepulang dari Ammatowa, kita langsung berangkat ke rumah Ridha (Teman kami yang orang Bulukumba), karena rencanya kita langsung ke Bira… Jujur, belum pernah saya ke Bira padahal udah 3 kali ke Bulukumba. Hahaha…

Tapi nyatanya kita tidak jadi ke Bira, karena beralasan “mahal”. Sebagai gantinya kita ke Pantai Ara’ yang dimana pantai ini belum banyak yang mengetahui, dan belum ada “uang masuknya”.



Perjalanan ke Ara’, kami melewati jalanan yang agak kecil, pendakian dan penururna, serta melewati hutan kecil. (pantesan belum ada yang tahu, jalannya begitu sih).
Subhanallah…..  Sungguh indah ciptaan-Nya.





Pemandangannya gila… Indah bener… masih sepi, dan masih bersih.
Tak heran kalau saya langsung mengabadikan... hehehe

Pokonya RECOMMENDED banget deh buat kalian… ;)

KPI 013 Trip To Kajang


Akhirnyaa bisa memposting tulisan lagi. Alhamdulillah....
Saya merasa terbebani sih. soalnya saya ada janji kan?? :D
Okee... 
Kali ini, saya posting perjalanan saya ke kawasan adat Ammatowa tepatnya di Kajang, Bulukumba. 
Saya berangkat bersama teman-teman KPI (2013) untuk memenuhi tugas akhir kami (Final) di mata kuliah Komunikasi Lintas Agama dan Budaya. 

Persiapan ke Ammatowa'
Di Kajang ituu masih dikenal dengan kekntalan adat dan budayanya. Di sana kita harus menggunakan pakaian hitam dan pada saat memasuki daerah Ammatowa kita tidak boleh melakukan hal-hal yang sembarangan, seperti meludah sembarangan, menunjuk sesuatu, dan foto di rumah Ammatowa itu sendiri. Nah, Ammtowa disini dikatakan sebagai kepala suku / pemimpin suku Ammtowa. Ammatowa sendiri dipanggil dengan sebutan "Amma". 



Pintu depan

Rumah Ammatowa
 Memasuki kawasan Ammatowa, kita tidak langsung menemukan rumah Ammatowa tetapi kita harus berjalan lagi sekitar 1 km menuju rumah Amma. Bangunan yang kami temukan pertama kali di kawasan itu selain rumah-rumah penduduk, ada satu bangunan yang membuat kami mengatakan “wah”, yaitu tempat yang digunakan berkumpulnya semua para petinggi di Ammatowa dan biasa digunakan untuk mengadakan rapat atau penerimaan tamu besar, dsb.
Di Depan kawasan Ammatowa'

Kami ke Amma tidak sendirian, kebetulan saya punya keluarga di Kajang, dan dia memang orang asli Kajang. Dia adalah Arfah. Dia juga adalah salah satu cucu dari Amma. Dialah yang nantinya akan menjadi penerjemah dari bahasa Kajang.

Bersama teman

Rumah tempat pertemuan
 Di Ammatowa saya lihat masih memegang teguh adat dan budayanya. Daerahnya tidak ada listrik dan mereka memang menolak adanya listrik, tidak adanya alat-alat elektronik canggih, dan tidak diperbolehkan menggunakan sandal, serta semuanya berpakaian hitam. Tapi sebenarnya sudah ada beberapa sih rumah yang jemurannya warna-warni. Hehehe.

Di rumah Amma kita tidak diperbolehkan mengambil gambar dan menggunakn barang elektronik, tapi saya melihat seorang tamu yang asyiknya bermain “tab” dan mengambill gambar. Kok kami dilarang???

Pada saat Amma menjelaskan dengan bahasa Kojo nya, saya tidak mengerti sama sekali. Jujur aja, tidak tahu saya bahasa-bahasa daerah. Terakhir saya belajar bahasa daerah di bangku SD dan itupun saya mendapat nilai yang sangat standar. Hehehe.

Yang saya tangkap dari pembicaraan si penerjemah adalah, di kawasan itu masih mengutamakan moral kejujuran mereka. Dan sanksi yang diberikan kepada yang bersalah itu tidak menggunakan “penjara” tetapi dengan sistem denda. Seperti, bagi siapa saja yang menebang pohon sembarangan tanpa perizinan / sepengetahuan Amma maka di denda 15 juta. Wow bangeeet…

Ada satu hal yang membuat saya bingung. Pada saat ditanya “bagaimana cara mereka beribadah?” jawbannya adalah mereka tidak mau memberitahu kami bagaimana cara mereka beribadah. Yaa orang Kajang itu 100% orang islam. Tapi dari berita yang saya dengar bahwa cara beribadah mereka tidak sama seperti orang muslim beribadah.

Budaya dan agama tidak bisa disatukan. Boleh saja kita memegang erat budaya kita tapi jangan sampai kita satukan budaya kita dengan sistem beribadah kita. itu berarti sudah melakukan kemusyrikan. Nauzubillah….                        

Untuk menjadi orang Kajang, laki-laki itu harus kuat bekerja dan bagi perempuan harus pintar memasak dan pintar menenun. Berminat? :D

Bersambung….